Laki-laki itu pernah bahagia
Laki-laki itu pernah bahagia
Laki-laki itu pernah bahagiaDulu ia pernah merasakan, bagaimana menggenggam cahaya yang mewah berkilauan.
Kini ia hanya bisa menyimpannya dalam botol kosong.
Lalu menatapnya, bila ia merasa ingin.
Ia tidak terlalu ingin bahagia lagi.
Mungkin menatap kilauan cahaya di botol kosong cukup baginya.
Kilauan cahaya indah di botol kosong menyerupai sebentuk ular putih.
Bersisik lurik batik parang.
Tapi kalau dilihat lebih dekat lagi, sebenarnya ular itu tidak berwarna putih polos.
Ada garis hitam di setiap pinggir sisiknya.
Hanya segaris hitam yang sangat tipis, tapi memisahkan warna sisik putih satu dengan sisik putih lainnya.
Laki-laki itu pernah bahagia.
Kala dulu ia bisa bermain-main dengan cahaya mewah berkilauan yang menyerupai ular putih. Biasanya cahaya itu ia ajak bermain kemanapun ia pergi. Sesungguhnya ia sangat bahagia bisa menggenggam cahaya itu.
Ia akan memamerkan pada sesiapapun yang ada di hadapannya.
“Lihat cahayaku, indah bukan?”
Setiap ia bertemu teman baru atau lama, kalimat itu akan selalu terlontar dari mulutnya sambil menjulurkan tangannya yang dilibat cahaya.
“Aku tidak akan pernah menemukan cahaya yang lebih indah dari ini.”
Laki-laki itu pernah bahagia.
" Hanya Pernah "
Mungkin Hanya pernah dan tidak terlalu ingin bahagia lagi.
Edo Wallad
0 komentar