Dua belas februari ,
Langkah kedua ketempat itu setelah saya beranjak dewasa
ke titik terujung sebuah pemakaman , balimbingan , tanah jawa , siantar , kabupaten simalungun
Titik terujung , ini tentang orang yang ingin saya temui. Secepatnya, atau kapanpun memungkinkan.
Orang yang bahkan bayangannya saja belum pernah saya tahu
seberapa gelap atau terang dia , bagaimana raut wajahnya , rahang pipinya .
dia yang senyumnya cuma pernah saya lihat beberapa kali di foto kusam di dompet ayah saya.
Ini catatan tentang nenek saya,
ibu dari ayah saya,
yang meninggal saat ayah saya berusia 12 tahun
sebuah nisan , bertuliskan "Maimunah Harahap" iya.. itu nisan nenek saya
nenek yang tidak pernah saya lihat , senyum, bergerak-gerak, berjalan, makan,
apapun itu, saya mau.
saya mau lihat kamu nek , sekali saja
Kamu tahu tidak, ayah saya , anakmu, dan uda-uda saya , tumbuh dibesarkan kakak-kakak mu
berpindah asuhan , setiap kali salah satu merasa terlalu berat menafkahi mereka karena anaknya yang bertambah.
3 anakmu meninggal diusia remaja nek , abang abang ayah saya itu meninggal , mereka menyusulmu nek
mereka meninggal karena sakit , karena terlalu keras bekerja , lebih tepatnya , karena mereka ingin segera bersamamu
lalu ayah saya menetap di rumah kakak mu yang tertua , hingga remaja
merantau kejakarta , medan menjadi tempatnya bersekolah , dan kemudian mengikuti hatinya ke barus
bertemu ibu saya , mereka menikah.
kamu tentu tidak berada disisi ayah saya di momen terpentingnya itu.
Figur ibu yang ayah saya cari waktu itu , dia bentuk sendiri nek
karena dia hanya melihatmu hinga 12 tahun , ingatan yang jika sekarang dikenangnya
hanya seperti fragmen abu abu
Dia mencarimu, mengunjungimu setiap ada waktu,
apa yang dia mau nek , mungkin sama dengan saya,
melihat kamu, mendengar kamu, sekali saja.
Jadi inilah dia, kamu orangnya, saya ingin bertemu dengan kamu nek
untuk berterimakasih telah memberikan kepada saya ayah yang saya punya sekarang,
untuk membiarkan dia tumbuh dengan caranya sendiri,
untuk memberikan ayah yang melarang saya memotong rambut ,
karena menurutnya , rambut saya serupa dengan rambutmu dulu
Darahmu ada di seperempat darah saya nek ,
secara genetik saya punya sedikit bagian darimu,
entah bagian mana, tapi saya tahu kamu ada disini,
di dekat tulang rusuk, berdetak teratur,
rutin ada disana, kamu, bagian yang hilang dari masa lalu saya,
kamu yang hilang ketika saya mendongakkan mata melihat dunia
kamu yang hilang ketika saya belajar mengeja nama ,
tak sempat memanggilmu dengan sebutan nenek , oma , eyang atau apalah
kamu, yang hilang momen ketika saya lulus dari sekolah sekolah saya terdahulu
kamu, yang entah sudah dimana sekarang ketika saya mencari kamu saat ini.
Kamu,
yang saya belum kenal,
tapi saya sayang.
Saya rindu.