Cinta , Tahu Apa Kau Tentang Cinta .. ???
Kedua lelaki itu berjalan tergesa. Yang satu terlihat tetap tenang, yang lainnya sangat gelisah, khawatir terhadap keselamatan sahabatnya itu, yang sedang diburu, hidup atau mati. Ketika gelap mulai menyelimuti bumi, mereka sampai di kaki sebuah bukit.
Keangkuhan bukit itu bahkan tetap tampak dalam gulita. Keduanya terus menapak, menanjak dalam sunyi, dan berhenti di mulut sebuah gua.
“Aku periksa dulu ke dalam ya,” kata lelaki yang khawatir itu. Gua itu memang dikenal dihuni aneka ular berbisa. Tapi mereka harus bermalam di sana, biar terlindung, baik dari cuaca maupun musuh yang siap memangsa.
Dalam kegelapan, ia menerobos sembari membersihkan jalan dari semak perdu yang merintang. Berikutnya dia dihadang oleh tumpukan batu. Merasa tidak bisa membedakan antara batu atau ular yang sedang menunggu mangsa, ia menyobek pakaiannya, sekadar melindungi tangannya ketika memindahkan batu-batu itu satu per satu.
Hampir seluruh pakaiannya telah tersobek. Ia sudah nyaris telanjang, tapi masih ada sebongkah batu yang belum dipindahkan. Tak ada pilihan lain, setengah takut, ia menyepak penghalang terakhir itu.
Kali ini, ia tak seberuntung sebelumnya. Ia terpatuk, darah menetes, bisa perlahan mulai menyebar ke seluruh nadinya. Tapi ia mengabaikannya.
“Sudah bersih, masuklah …”
Sahabatnya masuk. Ia begitu kelelahan akibat perjalanan panjang tadi, dan jatuh tertidur, lelap di pangkuan sang sahabat yang baru saja tersengat reptil berbisa itu.
Malam melarut, bisa itu pun makin merasuk, terasa menerobos ulu hati. Ia bertahan, tak ingin tidur sahabatnya sampai terganggu. Tapi selaku manusia, kemampuannya terbatas. Menjelang pagi, rintihan mulai tak tertahan ke luar dari mulutnya, tubuhnya yang tak lagi sempurna terbungkus busana menggigil makin kuat, dan air mata menahankan rasa sakit itu menetes makin deras.
Lelaki itu terbangun dari lelapnya. “Mengapa engkau menangis, tubuhmu juga menggigil. Ada apa?”
“Aku digigit ular,” rintihnya.
“Mengapa tak bilang dari tadi?”
“Aku takut mengganggu tidurmu.”
Lelaki yang digigit ular itu bernama Abu Bakar Shiddiq, dan yang tidur di pangkuannya itu, sahabat terdekatnya, Nabi Muhammad SAW.
Sahabat : " Hiduplah di sana, bagi tawamu dengan siapa saja. Tangismu biar untukku.. "
" Abu Bakar tidak perlu mengirimkan kartu ucapan setiap hari kepada Muhammad, berisi ungkapan betapa dia mencintai dan peduli padanya. Tapi di kegelapan gua itu, cinta itu hadir, mewujud, menyentuh langsung ke jiwa"
*****
0 komentar