Powered by Blogger.

Pondok dan Halaman Tempat Bercerita :)

-Khairiah_p- Virtual Home


 

Tahukah engkau apa itu cinta?
Engkau menenggelamkan dirimu pada airmata...











"Ya Allah Yang Maha Pengasih, Hulu dan Muara dari segala cinta, Aku Berdoa, jika memang ada insan yang terbaik untukku, untuk agama dan penghidupanku, maka jodohkanlah kami dan berilah kemudahan dalam jalan-Nya, serta jagalah cinta itu hingga ia menjadi halal bagiku. Namun, jika belum ada yang terbaik untukku, untuk agama dan penghidupanku, maka jauhkanlah ingatan tentangnya hingga ke dada langit sehingga aku tenang karenanya dan tidak ada fitnah yang mendera".
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Karena kusanggup, walau ku tak mau..

Berdiri sendiri tanpamu..

Ku mau kau tak usah ragu..

Tinggalkan aku..

Kalau memang harus begitu..

(Agnes Monica-Karena Ku Sanggup)


Penjelasanmu yang dangkal tentang kenapa aku harus bisa berdiri sendiri tanpamu masih terpatri jelas dalam ingatan. Rasanya wajahku ini tak pernah kering dari airmata, meski pagi selalu datang dengan matahari yang sahaja pada embun pagi. Hatiku masih saja sepi dimakan sakit hati, dan tubuhku ini kehilangan kekebalannya sampai tak mampu lagi kutahan dingin hanya dengan senyuman. Tiba-tiba kamar mandi ini laksana lautan es yang membekukan tubuhku, gemertakan gigiku beradu dengan kepala yang rasanya berkerut-kerut. Aku bisa mati disini, batinku. Buru-buru kuselesaikan aktivitas mandiku yang tidak lengkap lalu aku berjingkat ke kamar dengan baju tidur tipis tanpa lengan.
Kutarik selimut sampai dagu dan kutindih kepalaku dengan bantal biar hangat mengaliri tubuh dengan sempurna. Namun dalam beberapa detik tenggorokanku seperti tercekat, perutku mual sekali, dan aku ingin mati rasanya. Aku butuh pelukanmu, Yo’.
Tindakan kecil sejuta makna yang dulu selalu kamu lakukan tiap aku menangis setelah kau marahi. Kita memang terlalu menjiwai peran sebagai pasangan sado-masokis mungkin. Kamu puas menyakitiku, dan aku puas disakiti olehmu. Syarafku hampir tersumbat. Tak bisa lagi kurasakan bahagia yang dirasakan kebanyakan orang. Biar begitu, tak pernah sedikitpun terbesit dalam kepalaku untuk pergi meninggalkan kamu. Seperti ayah tak pernah meninggalkan ibu. Seperti langit tak pernah marah pada petir yang meledak-ledak meski ia harus kehilangan reputasi baiknya dihadapan penghuni bumi. Urat marahku tak sepeka dulu lagi sejak kuputuskan mengabdi padamu dalam cinta sado-masokis, Yo’.

Tangisku belum usai. Dibawah bantal aku sesenggukan sambil meniupi telapak tanganku yang pucat—berharap hangat nafasku menjalar sampai ujung jari kaki. Sesak sekali dadaku. Kata-katamu kuurai satu-satu, berharap aku bisa mengerti kenapa kamu meninggalkan aku secepat ini. Tidak. Aku tidak mengerti. Aku tidak sedikitpun mau mengerti. Kesetiaanku jauh lebih agung bila dibandingkan kesetiaan kayu pada api yang akhirnya hanya menjadikannya abu. Kamu tidak pantas meninggalkan aku dengan cara ini.


6 tahun kemudian,


Dear, Yo’.. Yo’ tadi sore kulihat kamu duduk sendirian di warung kopi dekat kantormu sambil mendekap tas. Senang rasanya mengetahui kamu masih sama seperti dulu, tak pernah menyambangi Starbucks dan semacamnya. Kamu tampak lebih berantakan dari enam tahun lalu. Apakah tidak ada perempuan lain yang mengurusmu setelah aku kau tinggalkan?

Meski begitu, ketampananmu tak luntur Yo’ dan bisa kurasakan lagi bagaimana tubuhmu pernah mendekapku dengan penuh cinta. Kamu memujaku seperti dewi dan kamu tanamkan ribuan keyakinan yang mempengaruhi pemikiran-pemikiranku pada dunia. Yo’, kamulah pria paling sempurna yang pernah kutemui. Tak satupun bisa menggantikanmu.

Lama sekali aku tertegun. Ingin aku mengalahkan spasi antara kita yang tak lebih dari lima meter lalu menyapamu sambil tersenyum. Namun ada belukar yang seolah-olah menjeratku. Belukar itu adalah kewaspadaan dan ketakutan tak rasional akan sebuah kehilangan. Rupanya mencintaimu dengan cara seperti ini pun sanggup kulakukan Yo’. Apakah aku masih tak pantas untuk kamu perjuangkan? Sedang di luar sana aku sendiri tak yakin ada perempuan lain yang melakukannya.

Kamu mematik korek apimu lalu menghisap rokokmu dalam-dalam. Seorang pria disebelahmu yang dari tadi menanti api akhirnya permisi untuk memintamu berbagi. Kamu menarik bibirmu sedikit. Itu senyum. Ya aku tahu itu senyum tapi kamu tak pernah menariknya lebih lebar. “Terima kasih, mas” kata pria itu dan kamu hanya mengangguk tanpa menatap mata lawan bicaramu. Kamu bahkan masih sedingin itu Yo’..

Akhirnya aku membuntuti kamu pulang. Kamu jalan kaki menuju rumah mungilmu yang diapit toko roti dan sebuah rumah yang belum selesai di bangun. Rumah yang dulu pernah kita bangun dalam angan-angan itu rupanya sudah kamu bangun sendiri Yo’. Rumah dengan perpustakaan mini untuk anak-anakmu biar mereka tidak jadi korban keganasan kuntilanak yang suka memangsa para artis.

Air mataku menitik. Ingin aku berlari dan membenamkan wajah pada punggungmu yang dilapisi jeket kotak kotak hitam itu.
Lagi-lagi belukar itu menahanku lebih erat dari sebelumnya.
Dan tiba-tiba pintu rumahmu terbuka. Seorang perempuan yang kukenal keluar dari sana, menggendong seorang anak laki-laki. Mantan pacarmu.
"Ayah pulang” katanya. Kamu hanya diam dan berjalan masuk melewati mereka tanpa kata-kata. Tapi perempuan itu dengan cerianya berdendang sambil mendekap anaknya lalu membuntutimu sebelum akhirnya pintu tertutup. Sempurna Yo’. Tubuhku lemas setengah mati, lalu aku berbalik pulang dengan airmata menggenang di pelupuk. Nafasku memburu. Aku menjerit sekerasnya di tengah jalanan sepi. Dan tiba-tiba hembusan angin hadir disusul hujan deras.


***


“Mbak iyah, apakah yang tertulis dalam novel anda merupakan kisah nyata?” tanya seorang wartawan.
“Bukan. Itu fiksi, murni fiksi” jawabku tenang.
Dan tiba-tiba mataku beradu dengan mata seseorang yang berdiri kaku di antara gerombolan pengunjung. Matamu. Dan untuk pertama kalinya setelah perpisahan kita yang panjang, aku melihatmu tersenyum padaku sambil mengacungkan jempol. Lega sekali rasanya.

“Lalu siapa Yo’ yang anda tulis di halaman persembahan?”

“Kekasih hati saya. Dia sudah meninggal, Sudah lama meninggal ”

Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Tidak kehilangan udara tapi sangat sulit bernapas. tidak ada yang menusuk mata tapi mata ini begitu pedih dan menangis. menangis, menangis lagi dan terus menangis seperti bayi yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong dirinya. inilah yang terjadi saat "dia" pergi. kau pasti pernah merasakannya. iya, kan, kawan?

tapi bialah dia pergi. mungkin dia sedang kangen pada sepi. atau mungkin, sepi yang kangen pada kita. ini sungguh saat-saat yang menyiksa tapi biarlajh dia pergi. seperti segalanya yang juga akan pergi.

udara yang kita hirup sekarang, pasti kita hembuskan lagi. maka biarkan dia pergi seperti oksigen yang kita masukkan ke rongga hidung kita, menuju rongga dada, bersatu dengan aliran darah, membantu laju jantung, dan akhirnya menyambung nyawa kita. membuat kita hidup. tapi kita tidak bisa menahannya lama-lama dalam paru-paru kita. jika diatahan, kita yang akan sesak. maka biarkanlah dia pergi…

walaupun sangat pedih untuk membiarkan sesuatu yang menghidupi kita pergi, dia emang harus begitu. kita hanya perlu mengingat saat-saat dramatik waktu dia membantu kita untuk tetap hidup. berterimakasihlah pada Tuhan, yang sudah mengirim dia pada kita. itu saja, lalu biarkan dia pergi…

jika Tuhan mau, mungkin oksigen yang kita hembuskan kita bisa kembali pada kita. mungkin oksigen yang kita hela dalam bentuk karbiondioksida itu akan pergi menuju hijau daun-daun. dam jika daun itu berbaik hati… maka dia akan merubah karbondioksida itu menjadi oksigen yang siap kita hirup lagi. mengalir dalam darah kita lagi, menghidupi kita lagi… tapi kalau sudah waktunya dia pergi, biarkan dia pergi….
biarkan dia pergi seperti air yang jika tidak mengalir maka dia tidak memenuhi sifat sebagai air. bahkan jika kita mencoba membendungnya, dia akan tetap pergi dengan cara menguap ke langit. lalau harus apa?

maka biarkan dia pergi ke langit…. jika angin berbaik hati maka dia akan mengembalikan air itu pada kita dalam bentuk hujan. tapi jika sudah waktunya hujan itu pergi, relakan dia untuk pergi bersama datangnya kemarau.

biarkan dia pergi, ini adalah esensi dari ketidakabadian. dia pergi bukan karena tidak diperjuangkan, tapi karena dia memang harus pergi.


dan aku akan memohon pada angin,
untuk mengembalikan air ku
juga memohon pada daun,
untuk mengembalikan oksigenku
sekali lagi saja…
lalu pergilah, jika memang harus pergi!


( Menemukan salah seorang sahabat yang lagi lagi patah hati .. Huhft )
(untuk Itik yang sedang ada di titik nol… jgn berlama-lama di sana, tik)
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Senin yang mendung Ya Allah , semendung suasana hati saya , Ibu , lagi lagi yang terfikirkan hanya ibu, Dikepulangan saya minggu ini saya melihat ibu begitu letih , Rasanya saya tidak tahan , tubuhnya sangat kurus dan lemah , Apa yang terjadi pada ibu saya ya Allah ?? tolong sembuhkan beliau , saya sangat Khawatir ..
Allah , ibu saya memang perempuan tegar , tapi jangan limpahkan cobaan yang demikian dahsyat padanya Rabb ..
Sembuhkan sakitnya , Mudahkan ia mengikuti ibadah Hajinya tahun ini , Pulihkan kembali kesehatannya , dan tenang kan hatinya dalam menghadapi setiap masalah masalah yang engkau ujikan kepadanya.
Allah , saya hanya punya engkau tempat berkeluh , Tak ada yang lain.
Tiba-tiba saja saya terbangun tadi malam jam 2 dengan perasaan yang campur aduk. Saya tidak tahu apa itu. Padahal badan saya capek.. Saya pengen tidur.. Tapi kemudian saya teringat sesuatu. saya masih kepikiran ibu saya terus menerus , saya bergegas ke kamar mandi dan berwudhu , saya sholat , saya tidak tahu , air mata saya berlinang banyak sekali , hingga mukena saya basah ..
Allah , Tolong redakan sakit ibu saya , Naik haji adalah impiannya sejak dulu , sembuhkan lah beliau ya Allah 
agar mampu menunaikan Rukun Islam nya ..Amin


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ternyata Tuhan memang tak pernah jauh dari kita, seberapapun kita menjauh dari-Nya.
Ketika saya merasa begitu kesepian, begitu sendirian, Tuhan mengirimkan seribu pasukan hujan yang menemani saya tiap pulang kerja..
Seribu pasukan hujan, yang siap meluluh bersama hangat air yang meleleh di pipi saya..
Seribu pasukan hujan, yang menemani saya dengan dinginnya..
Seribu pasukan berjarum tajam, yang mengingatkan saya, ada sakit yang lebih daripada yang sedang saya derita..
Seribu pasukan hujan dan komandannya, yang meneriakkan semangat, "Hey, kay! Kamu harus bangkit! Hidupmu tidak berakhir di sini..!"
Seribu pasukan hujan yang menunjukkan kepada saya, ada kehidupan yang begitu indah di sana...
Hujan dan sepasang kekasih yang sedang berpelukan.. Berbagi cinta..
Hujan dan seorang Bapak yang menepikan motornya ke lapak seorang penjual bakso di pinggir jalan. Menggandeng tangan anaknya dan mengusap rambut si anak perlahan, sambil berbisik, "Sebentar lagi kamu akan merasa hangat, Nak."
Hujan dan seorang renta penjual tikar pandan yang sibuk merapikan plastik demi si tikar agar tak basah terguyur hujan..
Hujan dan beberapa orang yang tampak tertawa akrab, meskipun belum saling mengenal. Sebuah kedekatan yang muncul karena perasaan senasib, motornya mogok.. Saling bantu menasihati, meskipun saya yakin mereka sama-sama tak yakin, apakah nasihat itu bisa membuat motor mereka jalan kembali..
Hujan dan ingatan saya tentang seseorang yang pernah datang bersama hujan seharian ..
Yang membuat saya meneriakkan lagu Utopia sekeras-kerasnya, "Aku selalu bahagia, saat hujan turun, kar'na aku dapat mengenangmu untukku sendiri..."
Hujan yang membuat pita suara saya tiba-tiba menjadi kuat, dan melanjutkan satu lagu lagi dari Nugie.
"Kubiarkan, ku mengikuti, suara dalam hati yang slalu membunyikan cinta...."
Dan hujan yang membuat sesi konser tunggal saya berakhir dengan tangisan yang semakin deras seiring semakin banyaknya pasukan
 yang diturunkannya..
Tuhan tak pernah membiarkan saya sendirian..
Saya punya hujan.. ( Terima kasih Allah , untuk Hujan seharian ini di kotaku )
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Ketika kau pulang saat itu
aku tahu mungkin kita tak akan berjumpa lagi
untuk waktu yang lebih dari lama
Menyakitkan, tapi bukankah
tak semua kebersamaan
harus jadi monumen
kadang lebih baik dibuang
biar usang dalam tong sampah


Dan akhir adalah permulaan
kau aku tak pernah menapaki mula
juga mungkin tak pernah sampai
pada selesai
seperti puisi yang kutanam
lalu kutebangi lagi setelah tumbuh
seperti itu kamu dihatiku ..
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Dekat sini dekat denganku
Dekat pipiku
Dekat telingaku
Dekat rambutku
Dekat dadaku
Dengar debar jantungku. Dengar gerimis mericik di luar jendela
Duh, kelabu mengapa masih singgah di pertengahan  Juli ini  , Seperti resah yang menggelantungi
Seperti kata yang sudah basi. Hujan menghapus jejak, melarikannya ke selokan-selokan buntu
Membiarkanku kuyup dan bingung kelu. Maka dekatlah sini dekat denganku. Redakan gerimis yang di jiwaku
Uh .. Sialll !!!!
Hujan yang tak jua reda menahanku di Kota ini
Sedang aku hanya ingin berlari sekali , sekali saja Tuhan , Hingga Hilang sepi ini



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Sudah 19 Tahun saya menjalani hidup yang diberikan Tuhan bagi  saya ini , dan menggenapinya menjadi 20 Bulan depan dan ketika saya melihat kebelakang  makna hidup untuk saya hanya 2 jenis, sedih dan senang. Secara warna saya hanya mengenal hitam, putih dan abu-abu.

Hitam untuk saat saya bersedih, putih untuk saat saya sedang bersuka cita dan abu-abu untuk saat saya sedang berada diantaranya atau sedang mengalami hitam dan putih sekaligus.

Fast forward kira kira 7 bulan  kebelakang warna-warna mulai bertambah, saya mengenal beberapa rasa lagi yang baru bisa saya mengerti maknanya, beberapa diantaranya adalah putus asa dan bersyukur. dan masalah itu berhasil buat saya mewek mewek , nangis hingga sesenggukan , lalu lebih sabar dan tawakkal , serta berpasrah kepada Allah hampir setiap malam dalam Sujud sujud panjang Tahajjud saya , Kadang saya Lupa rasa kantuk itu seperti apa.
Menyenangkan sekali rupanya, setelah saya tahu rasanya putus asa saya belajar tentang rasa untuk pasrah dan percaya terhadap keajaiban. Setelah itu banyak lagi hal-hal dalam hidup yang ternyata membuat saya sadar bahwa ternyata hidup itu tidaklah hanya hitam, putih dan abu-abu.

Fast forward lagi menuju masa sekarang, saya belajar untuk menerima bahwa hidup itu terdiri dari rangkaian warna pelangi yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Damai, keajaiban, bersyukur, berpasrah diri, berbagi, tertawa, menangis dan memaafkan.

Semua adalah turunan dari senang dan sedih. Semua adalah variasi yang membuat kita harus menyadari bahwa proses pendewasaan itu ternyata lebih sulit dari yang kita bayangkan, namun perjalanan menuju dewasa itulah yang mewarnai setiap sudut dari kehidupan kita. Karena proses pendewasaan tidak pernah akan berhenti.
 

So , saya sekarang tidak lagi khawatir .. 
apa yang saya Khawatirkan ?? 


saya kan  Punya Tuhan yang Maha Besar
dan akhirnya Saya lebih suka menari ditengah derasnya hujan dan teriknya matahari...

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Sore yang kelabu yah bu , rupanya Terpaan angin badai itu sedang bersama keluarga kita , Tidak apa apa bu , selama saya dan engkau masih bisa berbagi , ini tidak akan apa apa , Jangan terlalu dipikirkan bu , KITA KUAT , Masalah ini hanya ujian kan bu ?? seperti ini ibu selalu menguatkan saya , sekarang saya yang akan menguatkan ibu , Genggam tangan saya bu , ada saya disini , anak ibu , putri ibu , pelipur lara ibu ,penyejuk hati ibu , ada saya tempat ibu bisa berbagi apapun bu , ada saya ..

Saya tahu ibu akan kuat , walau sekarang kita sedang dalam kondisi yang jumpalitan diterpa berbagai masalah ini bu , walau sekarang kita sedang terguling guling diombang ambingkan masalah yang bertubi tubi ini bu, Tapi janji Alllah  kan pasti bu , Allah tahu kita kuat , Maka terpaan ini diberikannya sangat sesuai dengan kemampuan kita bu .. Allah tak akan ingkar kan bu ?? Ibu yang selalu mengatakan itu pada saya waktu saya begitu Rapuh , sekarang saya disini bu , Putri ibu ini ada disini , selalu berada disisi ibu bu , Sama seperti yang ibu selalu lakukan untuk saya bu, KITA PUNYA ALLAH .. Begitu kan kata kata yang selalu ibu ngiangkan ditelinga saya .. Iya Bu , Mari genggam tangan saya KITA PUNYA ALLAH BU .. DAN KITA KUAT 


saya sayang ibu , Rabb , Tolong kuatkan hati ibu saya , Sabarkan dia dalam menghadapi Cobaan ini ya Allah , satukan keluarga kami dalam LIndungan Mu yang utuh penuh seluruh ya Rahim , Lapangkan Hati ibu saya  Ya Rabb , seperti dia senantiasa melapangkan hati saya dengan mendoakan saya Selalu KepadaMU ..  .. Amin

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ya Allah, izinkanlah aku menangis saat membaca tulisan-tulisan indahmu..
biarkan air mata ini keluar karena takut akan Kuasamu..
Rampaslah semua kemunafikan yang ada dalam diriku..
kuasailah hatiku dengan selalu menyebut namamu..
aku masih terlalu jauh dari kata itu ya Tuhanku..
Aku masih terlalu jauh untuk semua itu..

terlalu banyak bualanku untuk diri ini..
telalu banyak kataku untuk kubuang sia dan tak ada arti..
bantu aku mengakui dan memperbaiki semua ini ya Rabbi..
aku dan hidupku adalah kuasamu..
engkau adalah pemilik hati, raga dan jiwaku..
engkaulah pemiliknya..


betapa bodohnya aku memikirkan diriku sendiri..
selalu menganggap baik apa yang aku jalani..
berilah jalanmu ya rabbi..
bentuklah hati ini seperti mutiaramu..
aku terlalu sering memikirkan duniaku..
aku terlalu sering memikirkan hal jasamaniku..
sekali lagi hamba Mohon kepadamu..
bantu hamba keluar dari kemunafikan ini ya tuhanku..

aku ingin menangis..
membuka hati..
membuka fikiran..
bahwa engkaulah yang maha adil
maha benar dan maha kuasa atas segalanya..
dan akan ada untuk memeluk jiwa-jiwa hambanya..
Sekarang dan selamanya..


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Aku mohon,...jangan ambil kekuatanku saat ini Tuhan,jangan...!
jangan ambil kekuatanku untuk bertahan,
untuk menjalani setiap ketetapanMu,
untuk menahan segala rasa sakit,
untuk menahan segala rasa sedih,
untuk menahan rasa sepi yang kadang merambati hati,
untuk terus berjalan meski kadang terantuk dan jatuh.

Jangan ambil kekuatanku,...
untuk tetap tersenyum agar dunia mereka tetap indah.



* aku lelah,....tapi jangan biarkan aku menyerah !
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
yakinkah ku berdiri
di hempa tanpa tepi
bolehkah aku
mendengarMU

tubuh dalam emosi
tak bisa bersembunyi
aku dan nafasku
merindukanMU

terpuruk ku di sini
terangi sepi
dan ku tahu pasti
KAU  menemani

dalam hidupku
kesendirianku

teringat ku teringat
pada janjiMU  ku terikat
hanya sekejap ku berdiri
kulakukan sepenuh hati
peduli ku peduli
siang dan malam yang berganti
pedihku ini tak ada arti
jika KAUlah sandatan hati
KAUlah sandaran hati
sandaran hati

inikah yang KAU mau
benarkah ini jalanMU
hanyalah ENGKAU yang ku tuju
pegang erat tanganku
bimbing langkah kakiku
aku hilang arah
tanpa hadirMU
dalam gelapnya
malam hariku

( Lagu sandaran hati - Letto )


kalau kita senantiasa memperbaiki diri , Tidak Mungkin Tuhan memberikan yang tidak baik bagi kita
Keep On believe it kay !!! SEMANGAT  !!
* Lagi ngomong ma diri sendiri *
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

Seorang Isteri dan Ibu biasa biasa saja, Bekerja Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Akuntan BUMN , Welcome to My Virtual Home :)

TIME

Ikuti Kami di Medsos Lain yah !

  • Apresiasi Sastra
  • Blog Puisi
  • dakwah Muslimah
  • facebook
  • Google+
  • instagram
  • My Facebook
  • pinterest
  • Tanya Jawab Masalah Islam
  • twitter
  • youtube

Categories

  • Cerita Kehamilan
  • Cerita Keluarga
  • FIKSI
  • Menuju Jalan Menyetia
  • TAMBAHKAN CINTA

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • November 2018 (1)
  • September 2018 (1)
  • December 2013 (1)
  • May 2013 (5)
  • April 2013 (1)
  • March 2013 (2)
  • December 2012 (2)
  • October 2012 (2)
  • September 2012 (2)
  • July 2012 (1)
  • April 2012 (1)
  • February 2012 (1)
  • December 2011 (1)
  • November 2011 (7)
  • October 2011 (1)
  • September 2011 (1)
  • August 2011 (1)
  • July 2011 (7)
  • April 2011 (1)
  • March 2011 (1)
  • February 2011 (1)
  • January 2011 (1)
  • December 2010 (3)
  • November 2010 (3)
  • October 2010 (3)
  • September 2010 (4)
  • August 2010 (13)
  • July 2010 (12)
  • June 2010 (24)
  • May 2010 (26)
  • April 2010 (32)
  • March 2010 (19)
  • February 2010 (7)
  • January 2010 (1)
  • December 2009 (3)
  • November 2009 (3)
  • July 2009 (1)
  • April 2009 (3)
  • March 2009 (20)
  • February 2009 (2)
  • January 2009 (1)
  • December 2008 (5)
  • November 2008 (11)
  • March 2008 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates