Membiarkan dia pergi
Tidak kehilangan udara tapi sangat sulit bernapas. tidak ada yang menusuk mata tapi mata ini begitu pedih dan menangis. menangis, menangis lagi dan terus menangis seperti bayi yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong dirinya. inilah yang terjadi saat "dia" pergi. kau pasti pernah merasakannya. iya, kan, kawan?
tapi bialah dia pergi. mungkin dia sedang kangen pada sepi. atau mungkin, sepi yang kangen pada kita. ini sungguh saat-saat yang menyiksa tapi biarlajh dia pergi. seperti segalanya yang juga akan pergi.
udara yang kita hirup sekarang, pasti kita hembuskan lagi. maka biarkan dia pergi seperti oksigen yang kita masukkan ke rongga hidung kita, menuju rongga dada, bersatu dengan aliran darah, membantu laju jantung, dan akhirnya menyambung nyawa kita. membuat kita hidup. tapi kita tidak bisa menahannya lama-lama dalam paru-paru kita. jika diatahan, kita yang akan sesak. maka biarkanlah dia pergi…
walaupun sangat pedih untuk membiarkan sesuatu yang menghidupi kita pergi, dia emang harus begitu. kita hanya perlu mengingat saat-saat dramatik waktu dia membantu kita untuk tetap hidup. berterimakasihlah pada Tuhan, yang sudah mengirim dia pada kita. itu saja, lalu biarkan dia pergi…
jika Tuhan mau, mungkin oksigen yang kita hembuskan kita bisa kembali pada kita. mungkin oksigen yang kita hela dalam bentuk karbiondioksida itu akan pergi menuju hijau daun-daun. dam jika daun itu berbaik hati… maka dia akan merubah karbondioksida itu menjadi oksigen yang siap kita hirup lagi. mengalir dalam darah kita lagi, menghidupi kita lagi… tapi kalau sudah waktunya dia pergi, biarkan dia pergi….
biarkan dia pergi seperti air yang jika tidak mengalir maka dia tidak memenuhi sifat sebagai air. bahkan jika kita mencoba membendungnya, dia akan tetap pergi dengan cara menguap ke langit. lalau harus apa?
maka biarkan dia pergi ke langit…. jika angin berbaik hati maka dia akan mengembalikan air itu pada kita dalam bentuk hujan. tapi jika sudah waktunya hujan itu pergi, relakan dia untuk pergi bersama datangnya kemarau.
biarkan dia pergi, ini adalah esensi dari ketidakabadian. dia pergi bukan karena tidak diperjuangkan, tapi karena dia memang harus pergi.
dan aku akan memohon pada angin,
untuk mengembalikan air ku
juga memohon pada daun,
untuk mengembalikan oksigenku
sekali lagi saja…
lalu pergilah, jika memang harus pergi!
( Menemukan salah seorang sahabat yang lagi lagi patah hati .. Huhft )
(untuk Itik yang sedang ada di titik nol… jgn berlama-lama di sana, tik)
2 komentar