Setelah kuantarkan anakku pulang kerumah , aku pun mulai berdandan sedikit , seperti biasa yo , aku selalu deg degan hebat untuk bertemu denganku , " Sialan !!!", aku memaki diriku sendiri , wanita umur 42 tahun yang jatuh cinta pada Yondra Halim Gusthaf . pria 23 Tahun.
3 jam berlalu , kita berbincang panjang tak ingat lagi pertengkaran hebat 2 hari yang lalu yang jelas malam itu aku begitu merindukanmu dan setengah sadar aku telah berada di hotel bintang 3 tak begitu jauh dari oriental restaurant tempat kita bertemu tadi sore
Hujan aku rasa masih deras diluar Tapi entahlah, sepertinya memang hujan, atau cuma gerimis, , aku tak benar-benar tau. Tak peduli. Aku lebih suka bergelung di balik selimut, melindungi kulitku yang telanjang dari serbuan udara dingin AC kamar hotel ini , meringkuk mencari kehangatan dalam pelukanmu yang nyaman sambil diam-diam menghitung dalam hati berapa menit lagi waktu tersisa sebelum malam jatuh dan memaksaku pulang. Telepon genggamku berdering-dering sejak tadi, dan kita pura-pura tak mendengar, membiarkan deringnya berhenti setelah beberapa kali tak mendapat jawaban.
“Siapa?”
“Gak tau, biarin aja.”
“Gak tau, biarin aja.”
Dan kamu tersenyum, mencium lembut puncak kepalaku, membelai pipiku kemudian di bawah selimut tanganmu yang lain kembali menjelajah nakal, tak peduli protes pura-pura dan omelanku.
“Sayang…”
“Ya?”
“Aku gak pengen pulang”
“Kalo gitu gak usah pulang. Di sini aja. Berani?”
Pertanyaan yang kita sudah tau jawabannya. Pertanyaan yang membuatku menyembunyikan tangis dan berpura-pura sibuk mencari pakaian dalam yang terberai entah kemana, membiarkanmu menertawai serapahku. Tentu saja aku tak bisa tinggal. Aku harus pulang dan menyiapkan alasan paling masuk akal kemana saja aku pergi seharian.
“Baby..”
“Baby..”
“Ya, sayang?”
“Inget gak, aku pernah bilang waktu itu. If loving you is wrong….”
“Then I don’t want to be right. Yang itu, kan? Iya, aku inget.”
Rasanya memang tak ada lagi yang harus kita ucapkan. Diamku, kebisuanmu telah menjelaskan semuanya. Kita jatuh cinta, dan akan memeliharanya sampai batas kesabaran kita. Dan kerelaan. Dan kebersediaan berkorban. Dan keinginan yang kuat untuk saling menunggu.
Entah apa yang kita tunggu. Entah sampai kapan. Atau bagaimana kita akan melewati kesedihan di antara waktu-waktu di mana aku tak bisa menyentuhmu.
Kalau saja bisa…kalau saja kita punya kuasa menafikan sekian banyak perbedaan, melupakan kemungkinan bahwa semua mata akan memandang kita sebagai manusia-manusia aneh dan sakit jiwa karena jatuh cinta pada saat dan kepada orang yang sangat sangat sangat salah, aku ingin bersamamu malam ini, dan besok malam dan besok malamnya lagi. Aku bahkan rela meninggalkan rumah dan hidupku yang nyaman, terbang bertualang dan berjudi dengan hidup sekali lagi, bersamamu.
Malam ini rindu 2 hari yag membubung itu dibayar lunas ..
aku mencintaimu Yo .. sangat
0 komentar