#bulan itu kamu

by - November 23, 2011

 
: Untuk kamu yang pernah berada disudut hati itu

Akhirnya aku sadar  ,
Bulan itu memang sudah tercipta pada jarak yang semestinya.
Tiga ratus delapan puluh empat ribu kilometer terentang
sudah cukup untuk mengatakannya dia indah memang,

namun pendar cahaya dari jauh itu juga men-sekresi-kan rindu dari sel-sel kehidupanku.
Rindu itu menguraikan sisa-sisa asa,
memecah pesimis yang mengungkung tentang harapan yang masih ada.
 
Kehadirannya di langitku memberikan kesempatan aku merasakan bahagia.
Seringkali sebenarnya aku berharap dia menyapa dan mendekat.
Aku mengkhayalkan wajahnya yang cahaya akan menenangkan bila dia hadir lebih dekat.
Kalau dia dekat tentu saja aku tidak perlu mendongakkan kepala ke langit tiap dia ada.
Maka sudah kuputuskan,
kalau aku tidak bisa buat dia turun ke bumi, maka aku yang akan naik ke langit.
Jadi aku pergi, terbang ke bulan. Ingin menyudahi penantian yang tak menentu ini.
Tapi ternyata…

Bulan itu sunyi. dan lihat
Bahkan aku tidak disambut. Sesaat aku merasa takut.
Aku lihat lautan kering dan dataran tinggi diselimuti bebatuan yang pecah menyerpih dimana-mana.
Tapi bukan itu yang membuatku kecewa.
Sungguh,
aku rela kalaupun dia ingin aku tinggal. Aku sudah jatuh hati padanya sejak lama sekali
aku bersedia melewati hari demi hari bersamanya,
merajut helai demi helai udara menjadi selimut atmosfir 
yang akan melindunginya dari bintang-bintang jatuh.
Yang membuatku kecewa adalah karena dia tidak berusaha menarikku lebih kuat,
tidak ingin memelukku erat. Aku merasa tertolak dan tidak diharapkan
jadi kuputuskan untuk berbalik tanpa mengucapkan salam
diam saja, bahkan butir butir ait mata yang tumpah kemudian tanpa sesenggukan
diam saja , hening saja
Segalanya sedang berhenti pada ujung hening yang meletup-letup
dan aku terjebak dalam perenungan riuh yang panjang.
Aku sakit

    :kamu mau tahu ? bulan itu kamu ...

You May Also Like

2 komentar