" Bahagia " Itu Merupakan Bakat

by - May 14, 2010

Wajah gadis Muda itu muram benar. Ia sepertinya dalam kesedihan dan masalah besar, mungkin yang terbesar sepanjang hidupnya.

Dadanya terasa menyempit, padahal di depannya, terhampar telaga yang dikepung bukit-bukit hijau. Kabut belum sepenuhnya terangkat.
Ibunya mendekat. “Kamu kenapa, kok mukanya ‘petak’ gitu?” Ia hanya menggeleng. Enggan menjawab. Si Ibu sadar, bukan waktunya untuk banyak bertanya. Lembut dia meraih tangan anaknya, menuntunnya ke dalam rumah. Di dapur, si ibu mengambil sebuah gelas, mengisinya dengan air hingga, melarutkan satu sendok penuh garam.
“Nih, minum.”
“Apa-apaan sih ma. Lagi suntuk nih, Yah!” sergahnya.
“Kamu mau ngga, suntuknya hilang. Ini nih ramuan ajaibnya.”
Dia kesal, sangat kesal. Tapi dia juga ingat ibunya selalu punya cara untuk membawanya ke tahap kearifan yang lebih tinggi, seperti selama ini.
“Wuaaks!” Dia hampir muntah. Larutan garam itu tak lagi asin, tapi sudah menjelang pahit saking asinnya.
“Asin kan?”
“Udah tau, nanya.”
Si Ibu dengan lembut kembali meraih tangan anaknya, setelah sebelumnya mengambil sesendok garam lagi. gadis muda  itu menurut saja, sambil sesekali meludah.
Di pinggir Telaga, ibunya menumpahkan sesendok garam tadi, kemudian menyuruh anaknya meminum air Telaga yang bening itu.
Ia tersenyum lebar, bukan karena kesegaran air telaga yang kini mengaliri kerongkongannya, tetapi karena ia kini mengerti sesuatu.
“Makasih, Ma ,” mengulurkan tangan, memeluk dan mengelendot seperti  sahabat dekat... " Saya MENCINTAIMU "


*****
SELAMA kita hidup di dunia, akan selalu ada sesendok garam persoalan hidup yang harus kita hadapi. Pertanyaannya adalah, apakah hati kita sekerdil gelas, sehingga asinnya terasa begitu dahsyat, atau seluas telaga hingga asinnya bahkan tak berbekas.
Air garam dalam gelas itu, tidak saja meracuni kita, tetapi juga membuat kita memuntahkan, kehilangan hal-hal baik yang sebelumnya sudah kita miliki. Namun jika punya hati seluas telaga, tak hanya garam persoalanmu, garam-garam orang lain di sekelilingmu pun bisa kamu larutkan tanpa susah payah untuk kemudian membagi kesegaran dan harapan ke sekitarmu.

Jelas kini, orang yang bahagia bukanlah mereka yang tak pernah punya persoalan, tetapi mereka yang mampu melarutkan persoalan dengan keluasan dan kejernihan telaga hatinya.
Tak ada orang yang ditakdirkan bahagia, tak pula ada yang dikutuk untuk menderita. Tetapi memang, seperti bakat lainnya, hati seluas telaga tak dimiliki setiap orang...
Ops, jangan putus asa dulu. Bukankah menurut penelitian terakhir, ada yang lebih penting dari bakat?
YUp. Tentu saja  LATIHAN!!! Dan Berdo'a Kepada sang Khalik .. Sutradara sang Kehidupan didunia ;) 

You May Also Like

2 komentar