Sedang Berhenti Mempertanyakan Tuhan

by - July 02, 2012


Semua orang, siapa pun itu, pasti punya masalahnya sendiri saya ? tentu saja .
Semua manusia punya ketakutannya masing-masing.
Takut mati, takut gagal, takut menghadapi hidup dan segala persoalan kehidupan.
Saya  juga hidup dengan masalah saya .
Dan kadang saya benci kalau orang menggambarkan –atau membayangkan– saya sebagai perempuan sabar, 
Kata siapa? Kata siapa saya sabar dan tegar ? Siapa bilang saya kuat?
Saya, di luar yang terlihat atau berusaha saya perlihatkan ke permukaan, tetaplah perempuan dan manusia biasa.
saya seorang wanita hampir 22 tahun yang sakit ,
saya menderita endometriosis, penyakit yang ditakuti banyak wanita.
kadang perut saya kebas berlebihan, terutama saat saya sedang menstruasi.
Ada saat-saat saya jatuh jumpalitan terguling-guling karena masalah keluarga saya ,
konflik konflik kecil dengan orang tua, saudara, teman, sahabat, rekan kerja bahkan pacar.
ada kalanya saya merasa sendirian sekali  dan takut pada banyak hal.
Dan tanpa saya sadari, kadang ketakutan-ketakutan itu sedemikian hebatnya sampai-sampai saya lupa satu hal: bahwa Tuhan, sang Maha Segalanya
Dia ada. Dekat, sangat dekat, lebih dekat bahkan dari batang leher saya.
Tuhan menjaga supaya jantung saya tetap berdenyut hingga hari itu tiba, saat
Dia memanggil saya pulang.



Semua yang saya alami beberapa bulan belakangan ini membawa saya kepada satu pemahaman baru. Hal mendasar yang seharusnya saya mengerti sejak dulu, yaitu bahwa semua ketakutan saya sama sekali tidak beralasan. Malu rasanya kalau masih saja mengeluhkan ini itu padahal kalau mau menghitung-hitung, bahkan kalkulator paling canggih pun tidak akan mampu menerjemahkan apa saja yang telah Tuhan berikan kepada saya hingga hari ini.
saya masih memiliki orang tua yang lengkap, mengingatkan ini dan itu dengan bawel ketika saya lupa akan diri saya.
masih ada adik adik yang selalu kangen saya,
masih memiliki dia (pacar saya) yang masih tetap memanggil  "dek" , "sayang," walaupun saya sedang setengah pingsan kesakitan karena penyakit ini, memegang tangan dingin saya,  selalu meminta maaf, padahal saya pun kadang tidak mengerti dimana letak kekesalan saya padanya , yang selalu bilang "jangan lah mada (nakal) dek sama pantangan, biar cepat sembuh"
ahh .. saya mau meleleh kalo dia terlalu mengkhawatirkan saya seperti itu :)

Menyaksikan Tuhan memoles hidup saya dengan orang2 indah seperti itu, rasanya tak cukup kalau saya katakan bahwa saya takjub. Saya bersyukur , sungguh ...


You May Also Like

8 komentar